Sunday, March 22, 2020

Tema: Masa Depan Hari Tuhan Dapat Ditentukan Oleh Setiap Kita

Bahan Kotbah: Matius 19:16-26)
Oleh: Hetang J. Asso
Minggu 02/11/2019

Dikotbahkan dalam rangka situasi warga jemaat yang teraumatis, ketika demonsterasi rasis yang berturut-turut
dan penangkapan – penculikan yang sangat berangsuran. Hal ini sebagai upayah pengutan bagi warga jemaat yang notabenenya masyarakat pribumi yang mengalami keteraumaan itu.
Saat berkotbah di Jemaat GPDP Juruselamat Abepantai
Poto: Anis Siep/Hp. Oppo F3

I. Pendahuluan
Berbicara tentang masa depan, adalah sesungguhnya sebuah angan-angan, kayalan, atau mimpi ketika tidur nyenyak, sebuh mimpi di siang hari dibawa alam sadar yang kemungkinan berada disaat-saat menyindiri dan duduk dibawa sejuknya pepohonan, menyantai di tepi sungai, menyantai di pinggir pantai dls, yang adala seandai-andai. Andai kata begini: kalo saat itu aku punya uang, aku sudah membeli sebuah pesawat kecil sama seperti ibu Susi Astutty (mantan mentri Kelautan dan Perikanan RI). Mungkinkah aku juga bisa membeli sendiri dalam kurun waktu 5 tahun kedepan agar melayani masyarakat saya di daerah pedalaman Papua. Atau setelah saya berkeluarga, punya rumah permanen dilengkapi dengan sarana penunjang seperti motor, mobil, tv dan perabot rumah tangga yang mumpuni (serba instan).
Okeylah! Kita melupakan semuah khayalan itu dan pandanglah perputaran dunia hari-hari ini secara dinamistis yang siknifikan. Apakah anda sedang mengkalikulasikan hari-hari ini secara matematis? Sungguh aku jujur saja berkata: No! Dari hari ke- hari, minggu ke-minggu, tahun ke – tahun, abada ke – abad, ilmu pengetahuan terus perkebang yang membuat manusia terus berimajinasi. Akumulasi pengetahuan dan pengamalannya mepermudah dan memperingan semua usaha manusia dalam mempertahankan kelangsungan hidup, (Gunarsa & Gunarsa, 2001, 7). Baru-baru inipun tuan Victor Yeimo selaku ketua umum KNPB Pusat telah meramalkan jauh kemuka tentang “pentingnya ketahanan hidup” dan mengeluarkan himbauan kepada seluruh rakyat bangsa West Papua untuk mempertahankan pangan local, bukan Papua Merdeka semata sementara skalasi demonsterasi Referendum West Papua begitu meningkat yang didorong oleh penghujatan rasis 2019 di Jatim. Karena manusia hari-hari ini tidak mau lagi terlalu bergantung dengan kekuatan dirinya dan muda menyerah, (Gunarsa & Gunarsa, 2001,7) pada realitasnya dalam kehidupan manusia, bawasannya yang ada bahwa kami miskin. Sayapun masih jauh untuk memahami yang dimaksudkan orang bahwa kami miskini. Yang sebetulnya saya mengerti yaitu bukan miskin dan hanya peralihan nilai ketahanan hidup baru dari kehidupan lama (teransformasih pola dan gaya hidup baru). Manusia sangat sensitive ketika itu ketakan hidup tidak mumpuni (miakin), tentu saja geretak gigi dan akibatnya malapetaka seperti keadaan Sion yang dasyat rumitnya (Ratapan 5:1-22;4:1-9).
lebih bahagia mereka yang gugur karena pedang dari pada mereka yang tewas karena lapar, yang merana dan mati sebab tak ada hasil ladang.
(Ratapan 4:9)
II. Isi Teks
Dari bacaan hari ini (Mat. 19:16-26), Firman Tuhan hendak menceritrakan kepada kita semua tentang salah seorang kaya yang sukar masuk kedalam kerajaan sorga. Oleh karena itu kita perlu ketahui siapakah si orang kaya itu!  Seperti perikopnya naska ini adalah “seorang mudaya yang kaya”.
1. (Mat. 19:16) teks Alkitab tidak menyebutkan sebetulnya siapa orang muda itu dengan gelar/nama, melainkan Alkitab menyebut “ada seorang” tanpa diketahui siapa itu dia. Sedangkan dalam kitab lain dalam perikop yang sama (Mar. 10:17), itupun tidak menyebut secara terang-terangan tentang nama maupun gelar. Kita musti harus terus mencari tahu sesungguhnya siapa orang itu yang hendak mencari tahun tentang “ke-baik-kan” (Luk. 18:18) ….. Lukas yang mau mengakui bahwa orang itu adalah seorang “pemimpin” maka itu tidak salahlah dikatakan seorang kaya.

Secara historical dengan pendekatan teks bacaan ini, yang sebenarnya orang kaya, yang bergegas menghampiri dan berlutut di hadapan Yesus ini hanya mau ingin menyanyakan tetapi dibalik itu hanya manifestasi belaka yang bawasan ialah ingin menunjukan diri (egois). Kita bisa saja berkata orang ini adalah dungu atau tak waras. Kenapa dikatakan demikian?

Adanya narasi yang analogis (bc. Ay. 16): Guru, perbuatan baik apakah yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal? Yang menjadi objek  adalah “perbuatan baik” dan menjadi subjek yaitu; “untuk memperoleh hidup yang kekal”.

Dengan pertanyaan seperti ini saja Yesus sudah mengetahui bagian klausa dari pada tujuan datangnya seorang pemimpin yang hendak berlutut dan bertanya dihadapan-Nya ini, maka Ia menyerang balik (bc. Ay. 17) : Apakah sebabnya engkau bertanya kepada-Ku tentang apa yang “baik”? Naun orang itu masih bersi keras dan rasanya semua kebaikan itu sudah dilakukan/terpenuhi (bc. Ay. 18) : Perintah yang mana?

Yesus hanya bisa menjawab atas narasi-narasi ini dengan hukum KASIH/AGAPE/LOVE (bc. Ay. 18-19; Kel. 20:13-16 dan 12; Ul. 5:17-20; ). Walaupun Yesus mengajarkannya kepada orang itu tentang pasal AGAPE, masih belum puas lagi dan terus bertanya bahwa bawasanya, semua perintah itu sudah ku turuti (bc. Ay.20).

Bagi Yesus, yang sempurna itu hanyalah Allah dan Ia sendiripun belum sempurna kalo pekerjaan-pekerjaan Allah itu belum dinyatakan dan belum dilakukan/terpenuhi dalam pelaksanaannya. Oleh karena itu Ia terus meminta orang tersebut melibatkan diri kedalam pelayanan pekerjaan Allah adalah CINTA KASIH/LOVE (bc. Ay. 21-22). Ia diperintahkan untuk menjual semua hakrta kekayaan dan kehormatannya lalu meminta memberi seluruh perhatiannya kepada KASIH, maka uji kelayakan sempurna atau tidaknya akan terlihat disitu. Yesus sendripun tahu akan berujung dari semua pelayanan KASIH itu adalah menerima malapetaka. Apa itu malapetaka? Ya itu adalah akan berujung kematian pada tangan penguasa, akhirnya juga semuanya itu nyata di dalam diri-Nya yang ialah mati di atas kayu salib, di Golgota.
Saya sempat menonton di sala satu URL YouTube, “Kic Anddy Fondation” yang diperankan komentator oleh (bung. Deddy), dalam acara ini tamu yang di undang dan hadir adalah nama yang kerap dipanggil“pak Ahok” mantan Gubernur DKI Jakarta ketika itu ditanya oleh komentator untu keingin tahuan pelayanan sosialisme dan nasionalismenya sebagai mantan politikus, memang saat itu pak Ahok sosok politikus yang selalu menimbulkan konteraversial, sementara setelah ia keluar dari  penjara, atas pertanyaannya ia menjawab dengan pepeta  Tiongkok kuno yang sederhana, yaitu: “kuda yang baik tidak makan rumput dibelakangnya” dalam artiannya: Dulu kan tidak ada alat sttyscen,donscen untuk mendeteksi. Untuk itu waktu anak kuda lahir, mau mengecek kuda mana yang baik, yang bisa berpacu dan bisa berperang, untuk dites, membri makan rumput pada pagi hari. Nah kuda yang baik itu, saat memakan rumput terussss berpacu maju, dia tidak perna balik/mundur,  kuda yang tidak baik berpacu mundur/berbalik mulu, (Daddy & vs Ahok, 2017).
Ada pula puisi untuk pak Ahok yang rilis oleh Romo Benny Sutasyo.

JIWA MERDEKA

Jiwa merdeka memancarkan sebesar cahaya, waja semerbak, bagaikan kapas yang ringan tanpa beban, ketakutuannya hanya suara nurani dan nurani itu bergetar dalam jiwanya, tak perna padam lawan tirani nasu keserakahan.

Jiwa merdeka tak perna takut kehilangan takta dan kuasa, karena dia mendirikan bagaikan busur pana yang menusuk jantung hati kelalima.

Jiwa merdeka tunduk pada suara-suara nurani yang berkemah didalam kalbunya. Jiwa itu hanya milik insane dan takut akan Tuhannya. Insane nurani yang memancarkan dalam kalbu setiap insane yang tahu akan Tuhannya. Nurani bergetar dan nurani itu tak akan mati dan nurani ada dalam jiwamu. (Andy, Sutasyo, & Ahok, 2017).

2. Dengan rasa kesal yang sungguh dalam, Ia menyadari kejadian ini adalah merupakan pelajaran berharga bagi diri-Nya dan mengkhususkan perhatian-Nya kepada para pengikut (bc. Ay.23-26): sesungguhnya sukar sekali bagi orang kaya untuk masuk kedalam kerajaan sorga. Dan Ia mengulangi lagi bahwa “lebih mudah seekor unta masuk melalui lubang jarum dari pada seorang kaya masuk kedalam kerajaan Allah”. Para muridnya dalam kebingungan ketika mendengar kata-kata Guru itu sementara dalam keadaan tawar menawar siapa yang akan selamat dalam hal kerajaan Allah, dan Yesus terus berkata: “bagi manusia hal ini tidak ungkin, tetapi bagi Allah segala sesuatu mungkin.

III. Uraian/Penjabaran
Dari kerangka isi teks Firman Tuhan ini, untuk MENENTUKAN MASA DEPAN:
1) MEMILIKI SIKAP DAN WATAK RADIKAL YANG TEGAS
Bapak dan ibu serta saudara sekalian, hal menentukan kita masuk kedalam kerajaan Allah atau tidaknya, tergantung dari radikalisme setiap kita hari ini. Orang lain banyak yang ditawarkan oleh nilai-nilai luhur agama yang lain. Apa lagi di Papua yang pengaruh agama suku yang acap kali dapat disuguhkan dan siapapun mudah menoleh hanya karena sedap. Bahkan dangkalnya pengetahuan tentang Tuhan yang kami percaya dan sembah hari ini.
Hal demikian pulah, kaitannya dengan problema social politik di Indonesia secara luas dan khususnya di West Papua yang dinamis dan perakmatis dengan berbagai pendekatan: persuasive, repersip dan sistematis sebagai upayah perluasan wilayah teritori negara. Hal ini pun kitalah yang harus menyikapi dan menentukan masa depan bangsa utntuk jauh lebih baik dari keadaan hari-hari ini.
Berbicara tentang bengsa berarti bukan persoalan kebutuhan primer dan sekunder (makan minum dan pakaian) belaka. Bukan persoalan sosial, agama, dan ras (SARA). Bukan persoalan sudah berpendidikan atau belum berpendidikan, bukan persolan pembangunan insperastruktur. Berbicara masa depan bangsa adalah persolan harkat dan martabat bangsa itu sendiri di hadapan Allah maupun dimata dunia yang patut dihormati dan disegani!
Berbicara RADIKAL adalah menentukan sebuah pendirian sesorang tanpa diombang ambilingkan oleh arus/gelombang samudra raya. Andai kata dalam rangka persiapan kemerdekaan suatu bangsa yang hendak berpisa diri dari penjajahan kedaulatan Negara tertentu, tentunya kelompok harus radikal. Para penjaja selalu menggunakan wacana seperti ini: SMA, SDM, jumlah penduduk, luas wilayahnya, keunikan kebudayaan, bahasa, destinasi wisata, ini semuanya akan dipersoalkan dengan bawasannya belum siap! Realita retorika seperti ini sesungguhnya tidak mendasar tetapi sebuah upayah persuasif secara sistematis dan masif sebagai wilayah teritori yang tidak ingin terpisahkan oleh kemauan rakyat (masyarakat). Sebetulnya hal ini tidak etis (amoral).
Jikalau realiatasnya seperti ini, langka apakah yang harus kita tentukan dan lakukan (bertindak)?
Dalam rangka radikalisme itu, sang pemimpin mampu mengguga semua pradigma orang yang sifatnya melematis secara sistematis dalam pendekatan persuasif itu untuk memperkuat penentuan nasib bangsa sendiri yang mandiri, sama seperti yang dicita-citakan pendahulu patriotik Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah Ins. Soekarno Hata selaku proklamator dan kawan-kawannya dari tangan jajahan Kloni Hindia Belanda.
Oleh karena itu persolan yang mendasar bagi setiap kita melalui petunjuk Firman Tuhan hari ini adalah menentukan masa depan baik pribadimu dengan keluarga dalam rangka tumbuh kembangnya secara rohani maupun jasmani yang sehat, masa depan anak cucumu yang sehata, karirmu yang sehat, dan bangsamu dimata dunia yang amat sehat dan terhormat, bahkan masa depan pribadimu pada penghakiman Allah yang mana tentunya diidam-idamkan setiap kita sedia kalanya oleh Tuhan.
2) MENJADI ORANG-ORANG YANG BEKERJA KERAS (ORA-ET LABORA)”, (Amsal 6:9-11; 24:30-34)
Pada zaman sekarang dimana manusia sudah sedemikian tinggi peradabannya dan sudah dapat menguasai segala bidang alam bawa sadar, masih bisa terjadi kesulitan dalam perhitungan, pemikiran dan penemuan hal-hal yang baru atau tanda-tanda baru, sehingga dalam kesuraman masa depan, banyak orang yang akan menyerah pada nasib bahkan menjadi putus asa, (Gunarsa & Gunarsa, 2001, 21).  Hal ini setiap kita yang terutama generasi muda memiliki daya juang, menegakan diri dan menentukan masa depannya oleh diri sendiri, (Gunarsa & Gunarsa, 2001, 22) sama seperti Yesus menentukan masa depan dirinya dan umant-Nya melalui jalan salib (via dolorosa (Mar. 15:20-22) yang adalah penuh penderitaan.
Untuk “menjadi orang-orang yang bekerja keras (ora-et labora)”, kita sekalian harus bermipi dan bercita-cita menjadi pentu masa depan dengan karisma yang dimiliki tiap-tiap kita sebagai kekuatan, demi menghidupi semua elemen ketahanan hidup maupun usaha. Penentu masa depan pribadi dengan keluarga, pribadi dengan kaum/suku bangsa, pribadi dengan gereja, pribadi dengan pemerintah (negara) dan pribadi dengan Tuhan adalah tangga-tangga menuju harapan baru karena kemalangan kita hari esok adalah kemalangan sendiri. Itulah sebabnya, masa depan di tempatkan di depan mata kita yang didorong oleh jiwah raga dan rasa kita masing-masing, agar tiap-tiap kita berpacu mengejarnya walapun belum kelihatan entah merdeka atau tidak merdeka, surga atau neraka, (Giay, 2008, 117-119).
IV. Kesimpulan
Apakah kita mau tangisi terus kapan Yesus akan datang
dan pulikan malapetaka maut?
“Mereka, sudah mendahului kami enta kemana,
kelak akan mengganti generasi mereka oleh kita hari ini,
kiranya mampu mengemudikan keberadaan dirinya
masing-masing secara bertanggung-jawab,
terhadap Tuhan, terhadap suku/bangsa, terhadap Negara dan yang terutama keluargamu adalah surga kecil”, (Gunarsa & Gunarsa, 2001,9).

Ingat bahwa masa depan sungguh ada!
karena itu kemalangan hari esok adalah kemalanganmu sendiri!
A M I N
Selamat berjuang

Draftar Pustaka
Sumber Utama Alkitab Terjemahan Baru PL dan PB Cetakan Tahun 2015.
 Andy, K. (Producer), Andy, K., Sutasyo, R. B., & Ahok, B. T. (Directors). (2017). Suara Hatia Ahok/ Puisi JIWA MERDEKA [Motion Picture]. metrotvnews.
Andy, K. (Producer), Daddy, M., & vs Ahok, B. T. (Directors). (2017). Suara Hati Ahok [Motion Picture]. metrotvnews.
Giay, P. B. (2008). MARI MENGAMBIL ALIH KENDALI KEHIDUPAN, Memperjuangkan Pemulihan Negeri Ini (Cetakan Pertama). Jl. Nafri No. 2 Kam Kei Abepura Jayapura: Penerbit Deiyai.
Gunarsa, D. N., & Gunarsa, P. D. (2001). Pisikologi untuk Muda-Mudi (Cetakan ke- 14 ed.). Jl. Kuwitang 22-23, Jakarta 10420: PT. bpk Gunung Mulia.



No comments:

Post a Comment