Sunday, April 5, 2020

Tangisilah Tentang Dirimu

Poto selfi/camera Oppo F3
Edisi Minggu, 5 April 2020
By. H. J. Asso

Lukas 23:26-32

Yesus berpaling kepada mereka dan berkata: "Hai puteri-puteri Yerusalem, janganlah kamu menangisi Aku, melainkan tangisilah dirimu sendiri dan anak-anakmu! (Lukas 23:28 (TB)  

Penjahat yang dijatuhi hukuman mati harus membawa sendiri salib yang berat itu ke tempat eksekusi. Begitulah Yesus seharusnya. Setelah pergumulan rohani yang berat di Taman Getsemani, tanpa sedikit pun waktu untuk tidur atau beristirahat, dan setelah semua penderitaan yang dialami di depan pengadilan Pilatus dan Herodes, kita bisa membayangkan betapa lelah tubuh yang penuh luka-luka itu. Mungkin karena Dia tidak kuat memikul salib-Nya terus, maka Simon dari Kirene dipilih untuk membawa salib itu (26). Namun yang luar biasa adalah, Simon tidak membandingkan aktifitasnya dan ia rela menerimanya sebagai wujud kemanusiaan. Tetapi lebih dari pada itu ialah kemurahan Tuhan saja. 

Perjalanan Yesus menuju Bukit Tengkorak diiringi tangis para pengikut-Nya (27). Namun di tengah penderitaan-Nya itu, Yesus menegur mereka agar tidak menangisi diri-Nya (28). Mereka seharusnya menangisi diri mereka sendiri karena Yerusalem, kota tempat tinggal mereka, akan ditimpa kehancuran dahsyat sebagai akibat penolakan Israel terhadap Yesus (28). Yesus bukan tidak berterima kasih atas simpati yang mereka tunjukkan, tetapi Dia ingin menyampaikan betapa parah malapetaka yang akan mereka alami. Begitu parahnya keadaan saat itu hingga seorang ibu mandul, yang oleh bangsa Israel dianggap kena kutuk, akan mensyukuri keadaannya sebab ia tidak perlu melihat penderitaan anaknya dalam masa sulit itu (29-30). Maka Yesus memberi perbandingan, jika Dia yang tidak bersalah saja diperlakukan begitu buruk oleh tentara Roma, apalagi bencana yang akan mereka alami nanti ketika keruntuhan Yerusalem tiba (31). Itulah peringatan Yesus yang terakhir kalinya sebelum Dia meneruskan perjalanan menuju salib bersama dua orang kriminal. 

Perenungan kita pada masa sengsara Yesus tak cukup hanya tentang kedahsyatan penderitaan yang Yesus pernah tanggung. Penderitaan Yesus seharusnya membangkitkan keinsafan tentang betapa lebih mengerikan penderitaan orang yang tidak hidup serasi dengan salib Yesus, karena tidak mungkin luput dari murka Allah. Oleh karena itu, nyatakanlah syukur kita terhadap pengorbanan-Nya dengan menyalibkan sifat dosa kita tiap saat. 

Dengan rasa syukur kita atas pengorbanan-Nya, kita tetap menjadi Simon-Simon penerus dalam mengembani tugas dan panggilan-Nya. Kita tidak harus diapit oleh perkara-perkara duniawi yang penuh materi lalu menjadi alasan untuk menolaknya. Persembahkankah hidupmu untuk memikul salib sebagai jalan keselamatan kekekalan bersama Allah. Biarkan perkara-perkara kita duniawi Tuhan yang berperkara. 
***Amin***

No comments:

Post a Comment