Wednesday, March 13, 2024

๐Œ๐€๐’๐˜๐€๐‘๐€๐Š๐€๐“ ๐€๐ƒ๐€ ๐ƒ๐ˆ๐‹๐”๐€๐‘ ๐Š๐„๐’๐€๐ƒ๐€๐‘๐€๐ ๐ƒ๐„๐๐†๐€๐ ๐‡๐ˆ๐‹๐€๐๐†๐๐˜๐€ ๐€๐Š๐€๐‹ ๐’๐„๐‡๐€๐“

๐˜๐˜ฐ๐˜ต๐˜ฐ ๐˜™๐˜š๐˜œ๐˜‹ ๐˜ž๐˜ข๐˜ฎ๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜ข ๐˜š๐˜ข๐˜ข๐˜ต ๐˜š๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜”๐˜ข๐˜ด๐˜ถ๐˜ฌ, ๐˜š๐˜ฆ๐˜ญ๐˜ข๐˜ด๐˜ข 12 ๐˜”๐˜ข๐˜ณ๐˜ฆ๐˜ต 2024






Opini Pastoral

By. ๐˜. ๐˜‘๐˜ฉ๐˜ฐ๐˜ฏ ๐˜ˆ๐˜ด๐˜ด๐˜ฐ

Masyarakat di Indonesia pada umumnya dan Papua pada khususnya ada diluar kontrol atau kesadaran nilai etik. Hal ini disebabkan kurangnya pengembalaan tetapi figur-figur yang tidak bermoral dan tidak beretik di lingkungan masyarakat, bahkan penegakan hukum dan kesadaran hukum bagi masyarakat yang lemah. 

Masyarakat di Indonesia dan Papua pada khususnya hari ini hidup diluar kendali, tidak beretika, tidak bermoral dan tidak ber Tuhan, arogan dan angku yang menyebabkan kejahatan di mana-mana (sangat iranis). Masyarakat benar-benar dikuasai oleh kejahatan dan bagi gereja bisa dikatakan bahwa masyarakat dikuasai setan. Dalam hal makan, jabatan, pangkat, dihasut sana sini sampai kekeluargaan semakin jauh semakin memisahkan, bunuh membunuh. 

Maka dengan itu, kini perlu ada kesadaran seluruh elemen masyarakat, memerlukan figur-figur yang bisa membawa dampak pada perubahan moral, spiritual dan pembangunan yang berkelanjutan. 

Perlu melahirkan figur-figur karismatik yang memiliki hati untuk melayani, ada soal bisa mencari jalan keluar, bukan menciptakan kerusuhan atau penindasan dalam kapasitas kekuasaan, tapi yang memerlukan kekeluargaan dan harmonisasi. Pemimpin yang bisa mencintai hak asasi manusia (HAM), lingkungan hidup, dan sebagainya.

Sebab kita suka rusu hanya karena politik praktis, jabatan dan pangkat, apa lagi hanya karena mabuk, mabuk dan mabuk adalah merusak moralitas, kesehatan, citra keluarga, lingkungan yang berdampak kerusuhan. Mabuk tidak memberi kita untung, justru membunuh secara kesehatan fisik maupun mental. Seringkali kita tahu tapi tidak sadar diri, lalu orang normal ambil pusing, ini ane disini tapi nyata.

Contoh kasus tgl 12/03 kemarin di Wamena dan hari ini masih berlanjut antara akibat mabuk korban luka 1 orang dan yang korban meninggal 1 orang, sampai masyarakat Yahukimo Distrik Ukha dan Lanijaya memicu konflik horizontal sampai tadinya satu dalam keadaan luka-luka kritis menjadi ancaman dan menghabisi nyawa di IGD RSUD Wamena sementara berobat kemarin sore. Akhirnya, keduanya menjadi korban nyawa dan sayang sekali adalah keluarga yang dicintai telah ditingalkan begitu sia-sia. 

Mata, pikiran dan hati masyarakat benar-benar dirasuki oleh setan, sehingga tidak ada yang mengenal kesadaran. Inilah kehidupan masyarakat Wamena yang diluar dari kesadaran hidup. Kalo bagi gereja sebagai mana Rasul Paulus mengajarkan dalam kitab (1 Tesalonika 5:21-22) Ujilah segala sesuatu dan peganglah yang baik. Jauhkanlah dirimu dari segala jenis kejahatan. 

Dalam situasi seperti ini di pihak mana pun, termasuk keamanan tida akan pernah mau ditolong, karena dalam situasi seperti ini masyarakat selalu membabi buta dan pihak kemanan merupakan sasaran korban, pada hal persoalan antar masyarakat, lalu kita selalu suka menyalakan keamanan kalo tidak bisa ditolong, sebab itu adalah tugasnya keamanan, sayangnya siapa yang mau  menerima resiko. Jauh lebih baik adalah orang ๐™”๐™–๐™ก๐™ž, ๐™ƒ๐™ช๐™—๐™ก๐™–, ๐™™๐™–๐™ฃ ๐™‡๐™–๐™ฃ๐™ž menyadari dan bortobat. 

Saturday, April 9, 2022

"Menjadi Pemuda Yang Pandai Dalam Pelayanan"

Renungan ibadah kunjungan keluarga, melalui program Bidang Kerohanian BP. PPMDMY di Jayapura, edisi Sabtu, 9 April 2022.

Bahan Bacaan: (Yeremia 1: 4-11)

By. Martina Matuan

Editor: Admin

Kredit Foto : Galeri Pemuda Jemaat GPDP Juruselamat Abepantai, Tahun 2021.


Pemuda harus menjadi pemimpin atas bangsanya (Papua) sendiri, sama seperti Yeremia menjadi pemimpin atas bangsa-bangsa di Israel, atas perintah Allah. Yeremia seorang mudah Allah dipilih dan dipakai sebagai pemimpin.

Ketika ditelusuri secara histeografi biografi, Yeremia tidak punya profil pendidikan yang jelas, tetapi Alkitab mencatat bahwa "Yeremia dipanggil dan diutus Allah sebagai Nabi atas bangsa-bangsa.

Kredit Foto: Saat Ibadah Berlangsung Di Kediaman Keluarga Ibu Siani Siep, S.So

Kami semua yang ada dan hadir sebagai anggota PPMDMY memiliki biografi yang jelas. Kami bisa mengurai biografi Pendidikan secara baik dan kami adalah orang-orang belajar dan terpelajar yang diperlukan banyak masyarakat luas. 

Karena itu, apapun pekerjaan, kepercayaan merupakan pekerjaan Tuhan yang harus mensyukuri dan melakukannya dengan sepenuh hati dan bertanggung jawab. Maka untuk menjadi pemimpin bangsa diperlukan melibatkan Tuhan didalam diri setiap generasi muda dengan berbagai cara dan ibadah seperti ini adalah salah satunya. Sebab dengan ibadah justru banyak hal yang menjadi bekal atas pengetahuan dan tanpa gentar, dengan berani anda dan saya bisa dapat berdiri kokoh dan memimpinnya.

Jadi, untuk menjadi pemuda yang pandai dalam pelayanan kepemimpinan kepada suatu bangsa, ia memerlukan nilai spritualitas, moralitas, dan intelektualitas yang baik, untuk terpancarkan sinar kebenaran, kebaikan, keadilan, kejujuran dan kesetiaan pada pengabdiannya ditengah bangsa-bangsa di dunia dan khususnya di pemimpin di Papua.

Ingat bahwa anda dan saya adalah pemimpin atas bangsa ini, bangsa Papua. Jadilah leadership yang handel bagi pribadi, kerabat dan bangsa di Tanah Papua. 

God bless you all ๐ŸŒท๐Ÿ˜‡๐Ÿ™๐Ÿผ 

Friday, March 18, 2022

Tema: "GIATLAH SELALU DALAM PEKERJAAN TUHAN"

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS CENDERAWASIH, UNIT MAHASISWA

PERSEKUTUAN MAHASISWA KRISTEN SUB FAKULTAS TEKNIK

Sekretariat : Jln Kampwolker Perumenas III Kampus Uncen Waena HP +268 13663 46952

Foto bersama seusai ibadah cvitas akademika Fakultas Teknik Tahun Ajaran 2022, di Aula FT


Tema: 

"GIATLAH SELALU DALAM PEKERJAAN TUHAN"

(1Kor. 15:58; Kol. 1:23; dan Mat. 28:19-20)

Sub Tema: 

Melalui Ibadah Civitas Akademika, Fasilitas Teknik Kita Lebih Giat Dalam Pelayanan di Kampus

Oleh: Jhon H. Asso, S.Si Teol

Jayapura, Maret 2022


Tema dan sub tema menunjukkan sebuah keaktifan aktifitas dalam mengisi panggilan pelayanan Tuhan. Panggilan pelayanan Tuhan identik dengan pengabdian diri kepada Tuhan maupun sesama masyarakat dalam persekutuan seperti dilakukan Yesus pada 2000 tahun yang lalu (Luk. 4:18-19). Giat bukan saja pimpinan dalam menata lembaga, tetapi juga mahasiswa dalam disiplin Pendidikan. 

Refrensi-refensi teks Alkitab ini sangat memperkaya dan luar biasa, bahwa BP. UNIT KEGIATAN MAHASISWA, PERSEKUTUAN MAHASISWA KRISTEN SUB FAKULTAS TEKNIK cukup telaah dan tema maupun sub tema ini merupakan klimaks atau puncak kesimpulan.

Sdr/i….. civitas akademika….

Marilah kita melihat ayat-ayat ((1Kor. 15:58; Kol. 1:23; dan Mat. 28:19-20)) ini secara seksama:

1 Korintus 15:58 (TB)  

Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerihpayahmu tidak sia-sia.

Ada petunjuk kematian bagi orang-orang Kristen menurut Rasul Paulus dengan pertolongan hikmat Allah, bahwa ada kematian tubuh yang fana ini, untuk tidak disiah-siahkan semua jeripayah,karena sahabat cvitas akademika tetap berdiri teguh, tanpa goyah, dan giat selalu dalam pekerjaan Tuhan! Apapun profesi menjadikannya sebagai pekerjaan Tuhan.

Kolose 1:23 (TB) 

Sebab itu kamu harus bertekun dalam iman, tetap teguh dan tidak goncangan, dan jangan mau digeser dari pengharapan Injil, yang telah kamu dengar dan yang telah dikabarkan di seluruh alam di bawah langit, dan yang aku ini, Paulus, telah menjadi pelayannya. 

Ayat ini adalah ingin menegaskan bagimana setiap orang Kristen dalam hidup dan karya mengutamakan Tuhan? Paulus dengan cara yang sederhana memperkenalkan dirinya sebagai orang yang mengutamakan pelayanan pekerjaan Tuhan (Filipi 1:21).

Perintah Untuk Memberitakan Injil

Matius 28:16-20 (TB) 

(16) Dan kesebelas murid itu berangkat ke Galilea, ke bukit yang telah ditunjukkan Yesus kepada mereka. (17) Ketika melihat Dia mereka menyembah-Nya, tetapi beberapa orang ragu-ragu. (18) Yesus mendekati mereka dan berkata: "Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi. (19) Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, (20) dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman."

Setelah kematian Yesus diatas kayu salib dan kebangkitan-Nya, Ia telah menanggung beban umat tebusan-Nya, dari kematian dan kebangkitan itu telah menampakkan diri di Yerusalem beberapa kali, lalu diperintahkan kepada para murid-Nya untuk ke Galelia, untuk penampakan berikutnya ditengah perhimpunan dan persekutuan, sebagian para murid juga yang meragukannya. Tentunya kita lebih meragukan lagi oleh karena tidak melihat tetapi kita mengimani Yohanes 20:29 (TB)  Kata Yesus kepadanya: "Karena engkau telah melihat Aku, maka engkau percaya. Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya."

Dari teks ini perintahnya, Yesus memerintahkan kepada para murid untuk ke Galelia dengan tujuan ada penampakan diri-Nya disana (Galelia) dan menjumpainya. Mereka semua menaati-Nya, sekalipun ada sebagian juga yang ragu-ragu (16-18). Perintah untuk memuridkan, memjbabtiskan dan menjadikan semua bangsa murid Kristus (ay.19). Setiap orang yang melakukan perintah ini, Allah senantiasa menyertainya sampai kesudahan akhir zaman yang artinya sampai kedatangan Yesus keduakalinya (ay.20).

Sdr/i….. civitas akademika….

Tema hari ini secara topikal mengajarkan kita "selalu ada dalam pekerjaan Tuhan", baik sebagai pimpinan Dekan, Dewan Dosen, Pegawai dan Mahasiswa/Siswi, maka itu adalah menyangkut pengabdian. Dalam ilmu Teologi dikenal dengan "penyangkalan diri" dan bagimana tenggelam dalam pekerjaan pelayanan pemanggilan Tuhan tadi, bukan saja di gereja. Gereja justru mengharapkan adanya gerakan teolog-teolog awam di dalam instansi pemerintah, LSM, Universitas dan sebagainya. Gereja tidak saja bicara Tuhan, tetapi juga tentang keumatan di dunia ini.

Nah…, untuk itu pertanyaannya: bagimana kita menyangkali diri dan mendedikasikan diri kepada gereja dan kepada masyarakat? 

Sdr/i….. civitas akademika….

Kita semua ada sebagai civitas Akademika universitas Cenderawasih fakultas Teknik, dari beberapa ayat-ayat refrensi yang mejadi pilihan ini, dari segala harapan dan pemanggilan Allah sebagai persekutuan Kristen, dalam giatan pelayanan pekerjaan di kampus Universitas Cendrawasih, Fakultas Teknik, kita juga dipanggil untuk menyampaikan kabar baik, kabar sukacita /Eunggelion (Alah Wene/Refo Manseren Byedi) dan memuridkan sebagai atasan (pimpinan dekan) kepada bawahannya (dewan dosen), sebagai dosen kepada para mahasiswa/Siswi. BP. PMK dengan anggotanya. Guna memuridkan sama seperti karakter Kristus, demi mewarnai kehidupan lingkungan cvitas akademika fakultas Teknik di dalam lingkungan Universitas Cendrawasih. Harus ada pemuridan! Ada regenerasi dalam lembagai ini sebagai keluarga besar teknik yang berkarakter Kristus dan memberikan efek positif. Guna berdaya saing dengan fakultas-fakultas lain di lingkungan universitas Cenderawasih yang kami banggakan dan cintai ini. Kiranya Fakultas Teknik lebih giat lagi, lebih maju, dan menjadi relevan dalam pemberdayaan, pembangunan keunggulan SDM di lingkungan Fakultas Teknik.

Biarlah Roh Kudus memampukan kita untuk melakukan perintah-Nya dalam kehidupan pribadi, keluarga, maupun civitas akademika. [Amin]



Wednesday, January 12, 2022

PERANG SUKU?

 By. Hetang J. Asso

Sumber gambar: telusuran google.

Konsep perang berarti mengenai bagimana menciptakan kelompok lawan dan kelompok teman. Atau menciptakan suatu pertikaian fisik antara kelompok dengan menunjukan kekuatan peralatan perang dan saling membunuh dan mendendam. Istilah dalam bahasa Latin: 'homo homini lupus est', yang berarti "Manusia adalah serigala bagi sesama manusianya" dan begitulah masyarakat kita Hobes dan Freud (Asso, 2019).

Alkitab mencatat dalam kitab Efesus 5:8-10 (TB) "Memang dahulu kamu adalah kegelapan, tetapi sekarang kamu adalah terang di dalam Tuhan. Sebab itu hiduplah sebagai anak-anak terang, karena terang hanya berbuahkan kebaikan dan keadilan dan kebenaran, dan ujila apa yang berkenan kepada Tuhan." 

Menyadari bahwa "perang" bukan baik tetapi juga bukan tidak baik. Dengan cara sederhana adalah kita dapat mampu membedakan yang didorong oleh nats Alkitab diatas: "Memang dahulu kamu adalah kegelapan, tetapi sekarang kamu adalah terang di dalam Tuhan".

Perbedaan masyarakat cukup jelas dengan gesekan perubahan dan bahwa cara berimajinasi orang pada nilai kebaikan dan keadilan dan kebenaran sebagai hal yang hakiki namanya "kemanusiaan".

Faktor perang, kita sementara bermusuhan dengan keluarga, suku/marga, orang lain tidak mengabaikan pula dengan konsep "perang". Tetapi mereka memakai konsep perang dengan satu paradigma baru yang berbeda secara sistematis dan kohesif. Sepertinya dalam dorongan teori konspirasi kolonialisme dan kapitalisme borjuis, baru-baru ini menjadi perang sengit antara Amerika dan Cina dengan istilah "perang dagang". Hal lain dalam karya Joyce Meyer menuliskan "pikiran adalah medan perang, menangkan perang dalam pikiran anda" dan karya ini judul asli: "Battlefield of the Mind" (Meyer, 2010)

Dalam memasuki era baru yang dikenal dengan 4.0 atau "milenial" berarti memasuki era medan prang teknologi dan pencapaian miliaran. Ingat bahwa dunia selalu dinamis. Mengikuti perubahan-perubahan baru untuk mencapai tujuan hidup. Kita harus menjadi garam dan terang bagi manusia sebagai manusia yang mulia. Jangan seperti Hobes dan Freud menggemukan bahwa "manusia adalah serigala bagi sesama manusianya".

Dalam orientasi Yesus, sekalipun banyak musuh yang sedang memusuhinya, justru Ia mengajarkan hal-hal kebaikan walaupun dalam artiannya banyak konter festival. Sepertinya (Mat. 5:39) Ditampar Pipi Kanan, Beri Pipi Kiri. Kristus ingin agar manusia dikendalikan nurani di dalam dirinya, bukan sekadar taat kepada hukum di luar nuraninya. Seperti (Mat. 5:44) "Kasihlah musuhmu dan mendoakan" ini terlepas dari hukum KASIH (Mat. 22:39) "Kasihlah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri." Walaupun dalam konteks PL (Kel. 21 :31-42) Peraturan tentang jaminan nyawa sesama manusia, hukum yang berlaku zaman itu adalah Mata Ganti Mata Gigi Ganti Gigi (Asso, 2019).

Dengan beberapa sudut kajian secara terbatas ini, pembaca juga perlu memberikan analisis empiris dimana kita mengalami langsung sebagai subjek maupun objek masyarakat. 

Hal lain, penulis ingin sedikit keluar demi stimulisasih pembaca, bahwa dahulu kala orang dikenal big man adalah pria hebat atau orang-orang terdepan di perbagai situasi dan bisa dikatakan termasuk perang (bisa baca Asso dalam jurnal, Desember 2019:18-19). Dengan perkembangan zaman yang begitu drastis, pria hebat atau wanita hebat, orientasi baru adalah ketika menjadi pilot, guru, medical, bupati, gubernur, presiden dan sebagainya.

Dengan demikian dalam berbagai keterbatasan, kesimpulan yang dapat menjadi simpulisasi, kalau perang suku masih terjadi diberbagai kalangan masyarakat, maka kelompok-kelompok masyarakat itu adalah kuping dan tolol. Kehidupan masyarakat di Tanah Papua hari ini adalah bukan lagi kegelapan seperti dulu, kami sudah menjadi merdeka dan hidup pada terang di dalam Tuhan melalui kehadiran Injil (Rom. 1:16-17). Masyarakat di Tanah Papua diancam oleh berbagai faktor dan populasi OAP semakin minoritas. Apa lagi perang suku tumbuh dimana, selesailah kita. Ketika perang suku terjadi pemerintah tidak terlalu agresif dan saya tahu bahwa disitu ada sokong menyokong jadi masyarakat korban dua kali lipat ganda. 

Pertama dalam sokong menyokong itu bicara uang dan ada pernyataan bahwa pihak kepolisian memberikan izin 1 hari atu 2 hari perang lalu perundingan atau rekonsilasi. Pernyataan itu bukan bentuk pengayoman, justru memberi ruang supaya masyarakat Papua dihabisi oleh masyarakat sendiri, seperti teori Hobes & all tadi. Pembiaran ini juga sekarang sedang terjadi di Wamena dan masyarakat tanpa sadar, dengan penuh semangat mendroping alat perang teradisional. Nanti saat demo baru pemerintah melalui kemanan terlalu agresif dan cepat bubarkan seakan ada perang. Ruang demokrasi dibungkam. Gereja yang sebagai pelindung dituduh bermacam-macam bahasa dengan stikmah-stikmah Negara. Sementara beberapa tahun belakangan ini di Wamena, dengan begitu ketatnya pemerintah, masyarakat bawa alat kerja, alat pemburu semua disita oleh gabungan TNI/Polri dan Satpol PP. Pada perang suku antara masyarakat Nduga vs Lani Jaya ketika mobilisasi alat perang teradisional, tidak buat apa-apa dan itu adalah pembiaran pemerintah.

Kedua berjatuhan korban nyawa manusia, hewan, rumah dan harta kekayaan atau benda lainnya. Nanti setelah mengalami kehabisan lalu datang seakan-akan sedang mengayomi dan memberikan berbagai bantuan logistik tanpa memikirkan tentang mereka yang menjadi korban tewas dan keluarga korban yang ditinggalkan. Permainan ini sama dengan binatang yang punya akal tapi tidak punya perasaan nurani.

Pikul alat perang teradisional kejadian perang suku di Wamena antara masyarakat Nduga vs Lani Jaya. Sumber foto dari gurup WA.

Pertanyaan pembimbing

  1. Apa pentingnya perang suku?
  2. Bagimana kondisi masyarakat kalo perang suku terjadi terus menerus?
  3. Apakah ada dampak yang siknifikan dibalik perang suku?
  4. Apa yang Alkitab ajarkan?


Sumber:

  1. Jhon, Asso. 'Hetang Wem' Dampak Perang Suku Terhadap Iman Warga Jemaat di Bakal Klasis GKI Balim Selatan; STFT GKI I.S. Kijne; Jayapura, 2019.
  2. __________. Mitologi Perang Suku Hubula Kab. Yahukimo Distrik Mugi di Hetang; Jurnal: 'Heyakhe' Arkeologi Papua, Vol. VIII. Jayapura Desember, 2019.
  3. Joyce, Meyer. Pikiran adalah Medan Perang, Jakarta, 2010.


Friday, November 12, 2021

Apa pendidikan dasar OAP?

Penanaman bibit pisang. Foto #hj*

Setiap peradaban masyarakat memiliki nilai, norma dan asas yang mengikat, normatif untuk hidup, walaupun itu lisan. Ketika orang bikin kebun, urus ternak, berburu, menokok sagu, masyarakat asing di Indonesia dianggap kuno, primitif dan kebiasaan mereka lebih superior yang memaksakan untuk dominasi.

Manusia sebagai makhluk sosial yang sadar dan memiliki akhlak mulia, dalam berbagai upaya kesadaran, pemberdayaan, pendayagunaan hidup, sebagai laki-laki dan perempuan gunung wajib berkebun, berternak babi dan membangun rumah /oma wususak. Demikian halnya dengan laki-laki dan perempuan pante memiliki kewajiban menjadi nelayan, pemburu dan penokok sagu. Hal ini bukan lagi retoric teori, tetapi bagimana dengan perkembangan IPTEK yang besar, dapat mengkontruksi teori klasik yang memiliki relevansi dari konfrontasi postklonial dan hegemoni kapitalis.

Apapun adalah menyangkut identitas, jati diri, bukan modernitas, pendudukan dan fasisme. Apalagi kini negara-negara Eropa, negara-negara kapitalis, mengesahkan UU Terorisme sebagai senjata ampuh dalam menduduki kekuasaan superior kaum borjuis.

#hidupmasyarakatpapua๐ŸŒท
___________________________
SUARA HATI

Tuesday, October 26, 2021

Bicara Papua Bicara Injil

Bicara Papua Bicara Injil

Opinion: By. Hetang J. Asso

Foto artist (dok*)

Siapapun yang ada di Papua, setiap momentum ketika orang berpidato atau berorasi, selalu memulai dengan slogan-slogan "bicara Papua Bicara Injil, Papua adalah Tanah damai, Papua adalah surga kecil yang jatuh ke bumi, seperti syair lagu F. Sahilatua "Aku Papua" dan sebagainya". Sejak dahulu sampai saat ini masih saja berlaku. Pertanyaannya, masihkah relevan? Tentu saja masih banyak orang yang akan menjawabnya masih relevan dimasa kini. Walaupun masih abstrak, tetapi bisa meyakini karena memiliki historis yang panjang. 

Setiap percakapan dalam meletakan suatu letak geografis dan objek, diperlukan memahami populasi secara generalis dan sistematis. Karena itu akan mengetahui kondisi ril dan mendapatkan suatu kesimpulan antara baik atau ambruk. Demikian pula untuk memahami Papua yang menyelubungi dengan banyak sekali ceritera-ceritera dramatis.

Kini masyarakat di Papua telah merayakan dirgahayu GKI di Tanah Papua yang ke 65 tahun ketika itu berdiri sendiri secara mandiri sejak 26 Oktober 1956 setelah 101 tahun zending melakukan Pekabaran Injil, 26 Oktober 2021 sebagai hari doa syukur, dengan sorotan tema "Datanglah Kerajaan-Mu (Mat. 6:10a)" dan lebih menyoroti dari seluruh aspek kehidupan, pembenahan maupun karyanya kepada pelayanan diakonia serta penanganan pandemi COVID 19 yang di alami seantero dunia.

Pada momentum hari doa syukur GKI di Tanah Papua kali ini, hampir di seluruh media sosial, termasuk saya menulis status syukur yang luar biasa dan bahwasannya yaitu: telah menyatakan diri kepada Tuhan Allah dan sesama bahwa Ia baik. Dalam kasih dan cinta-Nya telah menghantarkan umat GKI bersama-sama dengan masyarakat selama setahun ini, tanpa memandang SARA dalam kerangka oikumenika dan toleransi. 

Persamaan dengan HUT GKI di Tanah Papua, memperingati pula HARI PERADABAN PAPUA yang dikenal dengan doa sulung I. S. Kijne di Wasior 25 Oktober 1925 dan 25 Oktober 2021 saat ini memasuki usia yang ke 96 tahun. Kegiatan ini diselenggarakan oleh “Gidion Papua Center” dengan Tema: PAPUA MILIK SIAPA? dilakukan secara firtual. Dalam diskusi daring ini menyoroti tentang sebuah gren desain Papua apa yang bisa dorong yang tidak terlepas dari substansi doa sulung Izaak Samuel Kijne. 

Dalam pantauan saya selain postingan saya pribadi, ada sejumlah juga memiliki postingan slogan yang serupa itu, bahwa "bicara Papua Bicara Injil". Ketika itu saya berusaha merenung, ingin memahami kondisi Papua dengan segala keterbatasan saya, dan masih saja rasa terganggu atas slogan-slogan tersebut. Saya mulai bertanya pada diri, apakah semua baik-baik saja? Sedikit yang kita ketahui bersama dengan dinamika dan kondisi masyarakat di Tanah Papua, kondisi ekonomi, pendidikan, kesehatan, ketahan pangan, operasi militer, ketidak adilan Hukum dan HAM, penganiayaan, pemerkosaan dan sebagainya. Berbagai problem yang sulit untuk menelusuri dan menyadurkan sebagai contoh kasus dan itu ril. Hal ini kita semua harus mengakui dan kalo tidak mengakui, itu tandanya orang buta dan tuli yang ada di tanah ini.

Bicara Papua adalah sebuah aksioma yang abstrak. Karena itu yang harus mulai adalah dari kondisi ril masyarakat Papua dan non Papua yang menjalani hidup bersama-sama di tanah ini. Untuk itu, demi memahami Papua secara komprehensif, holistik, memulai dari subjek adalah manusia Papua dan non Papua yang berdiam di Tanah Papua sebagai manusia. 

Dahulu kala sangat relevan ketika memakai slogan "Papua Tanah Injil atau Papua adalah Tanah Damai". Kondisi saat ini lebih kejam namun diindahkan oleh karena semua orang dihipnotis materialisme. Hutan rusak, kali rusak, laut tercemar, tanah di ambil, emas diambil, sagu di gusur, dan semuanya ini begitu saja berlalu yang penting ada uang untuk sekedar foya-foya atau eforia tanpa memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan papan yang keberlanjutan.

Secara indrawi memahami Papua dari Gesing, yang membuat akhir-akhir ini seantero baik media cetak maupun elektronik, media minscerim, termasuk manusia seperti Olva dan teman-teman barisannya, mengedepankan hal-hal materialistis yaitu ruas jalan trans, pelabuhan, bandara, perbatasan-perbatasan, dan jembatan. Lebih-lebih lagi pesta Nasional di ajang Pon XX Papua, yang terjadi di lapangan Lukas Enembe beberapa pekan lalu. Ya kita mengakui bahwa itu adalah perhatian pemerintah yang signifikan era Jokowi dan itu tanggung jawabnya sebagai kepala keluarga, bukan di sungut-sungutty.

Kita sekalian syukuri bahwa Papua memiliki toleransi yang luar biasa, ketulusan, kebersamaan yang amat luar biasa. Semua orang memberikan hak yang sama tanpa memandang SARA atau bulu dan itulah masyarakat Papua. Yang lebih kejam lagi disini adalah marjinalisasi dan ini terjadi karena masyarakat yang datang dari luar Papua, mereka datang dengan berbagai bekal kreatifitas dan mencari peluang hidup. Sementara masyarakat Papua walaupun tidak serta Merta, tetapi saya ingin berkata bahwa hanya memikirkan tentang makan minum yang berakibat kan marjinalisir di negerinya sendiri tanpa daya.

Kita sekalian sebagai masyarakat, tanpa membedah-bedakan suku, agama, ras, gunung, pantai, kota, kampung, asal gereja, menyadari sebagai masyarakat intelektual, transformator, bersama-sama dengan gereja dan masyarakat, menjadi garam dan terang bagi dunia. Stop bikin diri tuli, buta bahkan pura-pura. Jadilah manusia yang melayani manusia tanpa memandang SARA. Kita wajib menyatakan diri bahwa agamamu adalah agamaku, suku kamu adalah sukuku, masyarakat kamu adalah masyarakat saya, masalahmu adalah masalahku. Kita maju bersama, wujudkan impian bersama dan kita hebat bersama.

Akhir kata sebagai masyarakat/jemaat mengucapkan Dirgahayu GKI di Tanah Papua yang ke 65 tahun, Tuhan yang adalah Gembala dan nakoda kapal GKI yang besar ini, kiranya dapat menolong dan memampukan kita untuk bekerja melayani umat-Nya di tanah ini dalam mewujudkan tri panggilan gereja, yaitu: koinonia, martoria dan diakoni. 

Shallom!!!






Friday, September 10, 2021

Konferensi Penginjil Klasis Baliem Yalimo Tahun 1974

 


Oleh: Pdt. Herman Saud, M.Th

Sekitar bulan April tahun 1974, kami mengadakan Konferensi Penginjil Klasis Baliem Yalimo di Apahapsili, Pos Pekabaran Injil GKI di Tanah Papua. Pos Apahapsili terletak dekat Elelim, Kabupaten Yalimo. Di Kampung Apahapsili inilah saudara Japi.B. Rumbrar, mantan Bendahara Sinode GKI dan Pdt.Dorkas Mansawan mengenyam pendikan Dasar mereka di SD YPK yang Kepalanya Sekolahnya adalah ayah dari saudara Japi B. Rumbrar dan saudari Hermin Rumbrar, pimpinan P3W GKI Padang Bulan sekarang. Ayah dari Pdt. Dorkas Mansawan ketika Konferensi itu menjadi Pimpinan Pos PI Apahapsili. Di dalam Konferensi Penginjil itu ada sisi Penelaahan Alkitab (PA). Kami para peserta Konferensi dibagi ke dalam kelompok-kelompok. Penginjil Stef Menufandu mengusulkan supaya para Pendeta punya kelompok sendiri. Jangan bergabung dengan kelompok para Penginjil, Guru Jemaat, tenaga Tukang dan isteri2 mereka, nanti para Pendeta menguasai pembicaraan dan para peserta yang lain tidak berani berbicara. Usul yang sangat bijaksana. Kelompok para Pendeta ditambah Bapak Bupati Jayawijaya, Bapak Andreas Karma, ayah dari Yopi dan Pdt.Klasina Karma berkumpul di rumah Pdt.Helmut Benz. Ketua kelompok adalah Pdt.Alex Womsiwor dari Pos PI Kurima dan Sekretaris adalah Pdt.Adam Roth dari Pos PI Panggema. Kelompok para Pdt berjumlah 8 orang, tiga Pdt.Jerman, yaitu Pdt.Helmut Benz dari Pos PI Apahapsili, Pdt.Adam Roth dari Pos PI Panggema dan Pdt.Klaus Reuter (alm) dari Pos PI Angguruk, empat Pdt Papua tambah Bapak Bupati Karma menjadi 5 orang. Keempat Pendeta Papua adalah Pdt.Frans Mambrasar alm. (Ketua Klasis) dari Wamena, Pdt.Pinehas Sawen alm.(Sekr. Klasis) dari Pos PI Pronggoli, Pdt.Alex Womsiwor dari Pos PI Kurima dan saya (Hermann Saud) dari Jemaat GKI Betlehem Wamena. Ketika Ketua kelompok Pdt.Alex Womsiwor membuka rapat kelompok dan menjelaskan mekanisme pembahasan, diinterupsi oleh Pdt.Helmut Bentz dan mengatakan, "kita Pdt sudah berbicara banyak tentang Alkitab, jadi mari kita gunakan kesempatan ini, kebetulan bapak Bupati ada, untuk berbicara tentang bagaimana jalan Wamena - Jayapura di buka" .Beliau menekankan bahwa membuka dan mengerjakan jalan darat Wamena - Jayapura sama sekali tidak terlalu sulit. Sebetulnya mudah saja. Asal ada perhitungan biaya yang realistis dan dananya dimanfaatkan secara bertanggung jawab tanpa korupsi, maka pekerjaan jalan darat Wamena - Jayapura bisa diselesaikan dalam waktu yang tidak terlalu lama. Beliau membuat perbandingan dengan jalan2 Raya dan jalan Kereta Api di Jerman Selatan, di Swiss dan di Austria dengan sungai Rhein yang besar dan gunung2 batu yang tinggi dan terjal, tetapi bisa dikerjakan. Dengan jalan darat harga jauh lebih murah dan lebih memudahkan pembangunan dan pelayanan masyarakat. Bapak Bupati menjelaskan tentang kesulitan yang mereka hadapi sebagai Pemerintah daerah, karena Pemerintah selalu bergantung kepada kebijakan Pemerintah Pusat. Banyak hal penting dan perioritas diusulkan, namun selalu ditolak Pemerintah Pusat. Sesudah Konferensi itu, sekitar bulan Mei atau Juni tahun 1974, saya tidak ingat dgn baik lagi, Bapak Bupati mengundang para Misionaris di seluruh Jayawijaya hadir dan mensharing pengalaman kerja dan masalah2 yang dihadapi di tempat kerja mereka masing2. Datang giliran dari Pdt.Helmut Benz dari Pos PI Apahapsili, beliau berkata dengan sangat singkat kepada Bapak Bupati Karma bahwa, keadaan kami di Apahapsili dan sekitarnya baik-baik. Saya minta Bapak Bupati, supaya memperpendek administrasi di kantor-kantor dan kita memperpanjang Jalan Wamena Jayapura. Dorongan Pdt.Helmut Benz itu menggugah hati Bapak Bupati Karma, maka beliau langsung melakukan expedisi berjalan kaki dari Wamena ke Jayapura selama 1 bulan lebih. Expedisi itu sekaligus merupakan penelitian untuk nantinya dibuka jalan Wamena - Jayapura. Saya tidak kapan Jalan Wamena - Jayapura mulai dikerjakan. Yang saya ingat, ketika masa pemerintahan Gubernur Jaap Salosa, jl. Wamena atau Jayapura dikerjakan, dari arah Jayapura melalui Keerom, Senggih, Benawa dst. dan arah Wamena melalui Pass Valley - Elelim - Mambramo dst. Sesudah Jaap Salosa, pekerjaan jalan itu diteruskan oleh Gubernur berikutnya, yakni Gubernur Baas Suebu dan Gubernur Lukas Enembe menyelesaikan, sehingga kini mobil bisa dari Jayapura ke Wamena dan sebaliknya. Saya sengaja mengangkat ceritera untuk menyampaikan dua pesan kepada kita semua. Pertama, bahwa rapat2 gereja jangan terlalu fokus kepada soal2 intern gereja saja. Bahkan selalu berputar-putar pada kesaksian Alkitab ansich. Tetapi harus terbuka terhadap dunia di mana manusia hidup, bergumul, butuh dan harapkan. Ingat bahwa Alkitab ditulis orang2 Israel (Yahudi) tidak hanya utk menjawab kebutuhan rohani yang fokus pada relasi manusia dengan TUHAN, tetapi juga untuk kebutuhan jasmani yang fokus kepada relasi manusia. Termasuk di dalamnya kebutuhan sosial ekonomi, sosial politik, sosial budaya dan lain-lain. Bangsa Israel selain menjadi pilihan, sekaligus menjadi bangsa pilihan Allah. Kemajuan bangsa Israel terletak dari pemahaman mereka tentang Alkitab. Demikianpun bangsa Eropa, bahwa kemajuan mereka terletak pemahaman mereka tentang Alkitab yang ditafsirkan secara bebas. Kedua, bahwa setiap pekerjaan mesti ada yang memulai merintis dan ada yang melanjutkan membangun, menuntaskan dan ada yang memelihara dan membina. Tidak ada pekerjaan yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang tanpa proses. Setiap pekerjaan ada proses. Tentang Jalan Wamena - Jayapura dan sebaliknya, tidak bisa lupa, bahwa ide itu mulai dibicarakan pada saat penelaan Alkitab. Dari anggota kelompok PA yang kecil menerjemahkan dalam tindakan nyata melalui kewenangan yang dipercayakan kepadanya, baik oleh Tuhan maupun oleh masyarakat. Karena itu pemakai Jalan Wamena - Jayapura sekarang jangan lupa Bapak Andreas Karma, mantan Bupati Wamena. Kalau tidak berlebihan, saya menyarankan kepada Bapak Gubernur Lukas Enembe dan Anggota DPRP baik di Provinsi maupun Kabupaten2 dan Kota untuk memberi Jalan Jayapura-Wamena, JALAN ANDREAS KARMA. Itulah penghargaan kita kepada Bapak Andreas Karma sebagai Perintis Pembangunan Jalan Wamena Jayapura. Semoga.

 Tanah Papua